Habib Nuh Al Haddad: Cintai dan Sayangi, maka Allah sayang kepada Kita!
Oleh: Holi Hamidin, S. Pd. I
NU Pontura,
Hari ini saya menyimak kajian subuh yang disampaikan oleh Habib Nuh Al-Haddad (Alumni Yaman), di Masjid Nurul Fajri, Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Apakah saya menyimak secara langsung? Ya. Tapi saya tidak hadir secara langsung pada waktu peristiwa kejadian. Beruntung ada Channel Youtube NU Pontura, jadi saya dapat menyimak secara langsung walau tak dapat langsung ke masjid tersebut.
Kitab yang dikaji pada saat itu adalah kitab Usfuriyyah. Menurut habib Nuh, kitab ini menarik. Mengenalkan pengkaji tentang apa itu kasih sayang dan kasih sayang seperti apa yang telah kita dapatkan baik dari Allah SWT, maupun mahluk lainnya.
“Kalau Allah sayang pada hambanya, Allah panggil jibril; “Wahai Jibril, ketahuilah bahwasannya aku mencintainya dan aku wajibkan kamu mencintai hamba itu. Lalu kabarkan berita ini kepada malaikat-malaikat lainnya.”, jelas Habib Nuh kepada jamaah.
Lanjut keterangan beliau, “Hai para malaikat, ketahuilah bahwa allah mencintai hambanya di muka bumi itu. Selain itu, aku (Jibril-red) juga diperintahkan untuk mencintainya. Untuk itu, aku perintahkan kalian untuk mencintai hamba tersebut.”.
Habib Nuh juga mengatakan, kecintaan Allah dan para malaikat, akan berakibat positif bagi hamba itu. Dengan mengantongi kecintaan sang Kholik dan penduduk langit, seorang hamba dapat menikmati hidup yang bahagia, senang gembira dan serba kecupukan rizkinya.
“Bila hamba itu telah mendapatkan cinta dari Allah dan para malaikat, sesungguhnya hamba tersebut, dimanapun hamba itu berada maka ia akan selalu diterima walau di tempat orang yang tidak ada seorang pun yang mengenalinya.” tukas alumni Yaman itu kepada jamaah Masjid Nurul Fajir.
Maka dari itu, melalui kesempatan yang penuh berkah tersebut, beliau berpesan, wabil khusus untuk dirinya pribadi, seyogyanya seorang muslim khususnya penda`i, wajib memiliki kasih sayang; tidak suka mencaci, menghina dan buruk sangka kepada orang lain terlebih kepada sesama muslim. Artinya wajib baginya, untuk tidak berbuat sesuatu yang melukai hati orang, baik dengan lisan maupun dengan perbuatan.
Pada kesempatan yang sama, beliau mengungkapkan sebuah kisah menarik perhatian kita semua berkenaan dengan cinta dan kasih sayang. Kitab itu menurut beliau, menceritakan seorang sahabat ternama di dunia saat ini, Sayyidina Umar Bin Khattab. Ketika Sayyidina Umar berjalan mengelilingi kota Madinah, beliau berjumpa dengan seorang anak sedang bermain dengan seekor burung. Dengan rasa iba akan burung itu, Sayyidina Umar membelinya. Beliau bermain dengan burung yang dibelinya tersebut sejenak lalu kemudian, burung itu dilepaskannya ke tempat terbuka.
Setelah Khalifah Umar meninggal dunia, beberapa ulama mengakui bermimpi bertemu dengan sang amirul mu`inin itu. Kemudian ia bertanya kepada Sayyidina Umar: “Bagaimana keadaanmu? Apa yang telah Allah lakukan terhadapmu?” tanya seorang alim di dalam mimpinya itu.
“Allah memaafkanku dan mengampuni dosa-dosaku,” jawab Umar.
“Apa yang membuat Allah mengampunimu? Apakah kedermawananmu, keadilanmu, ataukah karena kezuhudanmu?” tanyanya lagi.
“Tak lama setelah kalian menguburku dan menimbunku dengan tanah, lalu kalian meninggalkanku sendirian, datanglah kepadaku dua malaikat yang wujudnya memiliki kewibaan luar biasa. Akalku pun melayang, dan sendi-sendi tulangku gemetaran begitu melihat keduanya. Keduanya lantas memegangku, mendudukkan, dan hendak menanyaiku. Namun, tiba-tiba aku mendengar suara gaib berkata, ‘tinggalkanlah hamba-Ku itu dan jangan kalian berdua menakutinya! Sesungguhnya Aku menyayanginya dan telah kuampuni dosa-dosanya. Sebab, di dunia dulu ia menyayangi seekor burung, sehingga Aku pun menyayanginya di akhirat ini.'”
Walau tidak menyimak secara langsung dan utuh, bagi saya, kajian kitab usfuriyah yang dipaparkan oleh Habib Nuh menyuguhkan pesan dan kesan menarik dan penting. Dari situ, alfakir mengenal dan paham akan arti cinta dan kasih sayang dalam hidup ini bagi mahluk, serta betapa penting dan mahalnya rasa cinta dan kasih sayang itu untuk diterima dan disampaikan kepada mahluk lainnya. Bagi saya, cinta dan kasih sayang merupakan kunci sukses hidup baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana hadist yang disampaikan Habib, “Nabi SAW bersabda, ‘Para penyayang akan disayangi oleh Sang Maha Penyayang. Maka, sayangilah semua makhluk di muka bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh siapapun yang ada di langit’.” jelasnya.
Di antara banyak kisah teladan, sosok Sayyidina Umar bin Khattab, yang dikenal memiliki karakter keras dan tegas, ternyata Amirul Mu`minin ini, memiliki hati yang lembut, cinta terhadap mahluk dan sayang antar sesama. Kasih sayangnya terhadap seekor burung itu mampu membentengi beliau dari kewibaan para malaikat Allah SWT.
Posting Komentar