google-site-verification=gycwghxx1WVc3EROmS2Lq-70455bSR15dF_xantNC5Y NU DALAM DEFINISI

NU DALAM DEFINISI


oleh: Holi Hamidin

Mukaddimah
Wajib bagi alfaqir ini, memulai tulisan ini dengan membaca basmalah dan hamdalah sebanyak ikan-ikan yang ada di laut sana. Tak lupa pula bersendung sholawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW sebanyak mahluk yang ada di langit dan di bumi nyata. Alfaqir berharap dengan semua itu, kelak mendapat manfaat dan barokahnya. Berdasarkan kitab yang pernah dibaca, untuk keberkahan semua amalan baik, hendaknya di dahului dengan melakukan itu semua.

Ringkas saja, waktu itu, sahabat karibku menelfon. Katanya ingin jumpa. Ya, tentu saya okekan saja walau memang agak sedikit membingungkan penghuni jiwa. Lagipula, tak ada adzabnya juga kan mengamini permintaannya. Bahkan bisa saja ini menjadi sebab atau alasan Allah swt mengampuni dosa-dosa saya yang sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya.

Kami bertemu di Radja Cafe. Cafe yang berada di depan gang tempat saya tinggal. Dulu lokasi itu tempat saya dan teman-teman gang mencari ikan slomang. Sekarang, tempat itu jadi cantik dan menawan. Sehingga diburu oleh para pencari inspirasi dari banyak kalangan. Saya pikir hanya ngobrol saja. Ternyata ada maksud yang sengaja dia rahasiakan. Hanya dia dan tuhan yang tahu niatnya. Saya hanya berprasangka, bahwa Saudara Faris hanya ingin melepas kangen saja.

Kami pindah ke lantai dua. Saya masih ikuti keinginannya. Itu bagian dari strategi saya supaya mendapat pahala. Manut-manut saja, insya allah berkah. Setelah berapa lama dari sesampainya di lantai 2, dia pun mengungkapkan maksud hatinya. Ya, tentunya dia tak bermaksud memberi saya kejutan apalagi menyatakan sayang dan cinta. Dikira saya cowok apaan, mau diajak nikah. Ihhh, geli. Apa saya setampan itu, sehingga mengundang sahwat kaum pria…?

“Wawancara sob, untuk channel youtube saya…” katanya.
“Tentang apa nich…” tanyaku yang tambah bingung.
“Tentang NU sob…” jawabnya.

Saya itu, kalau sudah berkaitan dengan NU, dapat dipastikan, tak dapat menolak. Ketika NU diucapkannya, perasaan bingung berubah menjadi sumringah. Ya, langsung saya ACECE pada saat itu tak pakai TTD (Tunggu Tunggu Dulu). Cuman persoalannya, apa bisa saya menjawabnya dengan baik dan benar, cepat dan tepat? Tenang saja. Tentang NU, insya allah bisa (PD).

Dalam wawancara itu, Faris secara garis bertanya bertanya tentang NU secara umum. Sebab, ternyata dia pun belum ada persiapan untuk wawancara. Ya, tentunya pertanyaannya sesuai apa yang ingin diketahuinya. Persiapan seperti pedoman wawancara tak ada; kompetensi dasar yang ingin didapat dan diambil secara khusus tak ada. Akhirnya saya jawab saja apa adanya tanpa pikir panjang sepanjang jalan kenangan kita bergandeng tanganHee

Untuk apa yang telah terjadi, bisa saudara pembaca lihat langsung di channel youtube faris langsung. Tentu di Youtube donk, masak di kuali, memangnya potong bebek angsa. Maka dari itu, dalam tulisan ini, sedikit banyak akan mengulas tentang point-point tertentu yang menurut alfaqir perlu penjelasan tambahan.

Nahdlatul Ulama dalam ADART
Pertama, tentang definisi NU. Dalam wawancara itu, Faris bertanya tentang apa itu NU. Saya jawab seadanya sesuai dengan apa yang saya rasakan. Artinya jawaban saya dalam wawancara itu adalah opini pribadi yang didasari oleh wawasan dan pengalaman saya. Pada saat itu, saya katakan bahwa NU adalah organisasi kemasyarakatan yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga ahlus sunnah wal jamaah, baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial.

Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (ADART) NU, ada banyak jawaban dari pertanyaan yang Faris tanyakan. Dalam Bab 1 (Satu) pasal satu poin 1 dan 2, menjelaskan bahwa NU adalah Perkumpulan/Jam’iyah bernama Nahdlatul Ulama disingkat NU yang didirikan oleh ulama pondok pesantren di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M  untuk  waktu  yang  tak terbatas. Dalam bab yang sama pasal 3, bab pertama, dijelaskan bahwa NU merupakan perkumpulan yang bergerak di bidang ke-agamaan, pendidikan dan sosial.

Lebih lanjut, pada bab dua, yang menerangkan tentang PEDOMAN, AQIDAH DAN ASAS NU, dijelaskan bahwa NU adalah perkumpulan yang berpedoman kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma’, dan Al-Qiyas. Dilanjutkan dalam pasal 5, Jam`iyah ini, beraqidah Islam menurut faham Ahlusunnah wal Jama’ah dalam bidang aqidah  mengikuti  madzhab  Imam  Abu  Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi; dalam bidang fiqh mengikuti salah satu dari Madzhab Empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali); dan dalam bidang tasawuf mengikuti madzhab Imam al-Junaid al-Bagdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pada bab 2 pasal 6, ditegaskan bawah NU berasas kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dari keterangan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa asa politik NU adalah politik kebangsaan bukan pada politik kekuasaan.

Kedua, tentang Front Pembela Islam (FPI) dan Ustad Booming. maya. Dalam kesempatan itu, Bung Faris juga menanyakan pendapat saya tentang FPI dan Ustad Fenomenal. Saya pun menjawab bahwa FPI masih saudara kita karena masih dalam syahadat yang sama. Mengenai Ustad Abdus Somad dan Ust. Das`at Latif yang sedang booming sekarang, saya apresiasi bahkan saya rekom untuk menontonnya. Jika ada perbedaan, tentunya itu hal yang lumrah dan biasa saja. Jika suka, ya monggo, jika tidak suka, ya jangan mencaci. Inilah hal tidak biasa yang biasanya dilakukan. Yaitu ketika beda pendapat sedikit langsung menghina, mencaci dan bahkan melakukan dosa besar.

Tentunya, saya prihatin, jika ada antara muslim yang saling mengkafirkan, hanya karena adanya pebedaan pendapat dalam persoalan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan aqidah. Jika ada pun, ya nahdliyyin tidak boleh tersulut emosi dan melakukan tindakan yang melanggar kewajibannya selaku muslim. Jangan sampai ada anggapan islam itu tidak solid gara-gara tidak menghargai perbedaan. Bagi NU, persatuan dan kesatuan adalah senjata utama untuk mempertahankan NKRI. Mempertahan NKRI artinya NU menjaga, merawat, menyelamatkan dan melindungi serta mengawal keberlangsungan mahluk hidup dan ajaran islam aswaja dengan jumlah yang sangat teramat besar. Makanya, Hadratus Syech KH. Hasyim Asy`ari, mengatakan, cinta tanah bagian dari iman. Makanya saya katakan, NU adalah jalan islamku.

Ketiga, Faris juga bertanya tentang manfaat dan tujuan ikut NU. Kira-kira begitulah kesimpulan saya tentang wawancara itu secara garis besar. Bagi saya, NU adalah jalan islamku. Bagi yang lain, ya silahkan saja memilih apa yang menurutnya baik dan benar. Dengan catatan, haknya itu tidak melanggar kewajibannya. Kewajiban menjaga aib sesama, menjaga hubungan baik antara saudara seiman, sebangsa setanah air dan sesama mahluk ciptaan Allah.

Tentunya NU banyak manfaatnya, baik bagi masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. Manfaatnya itu telah dirasakan. Sudah dapat dibuktikan juga. Diantara sekian banyak manfaat NU yaitu persatuan dan kesatuan NKRI. Di Negara lain, untuk merekatkan Negara dan agama merupakan hal yang tidak mudah. Masih banyak masyarakat di luar Indonesia, yang saat ini tidak mendapat nikmat damai, aman dan nyaman. NU hanya wasilah saja, tapi tetap Allah yang memberikan itu semua. Hal itu tentunya tak bisa lepas dari tujuan NU itu sendiri selaku ormas penjaga dan penyebar perdamaian. Buktinya, banyak Negara-negara yang rawan konflik, datang ke PBNU dengan tujuan meminta idzin untuk mendirikan NU di negaranya dan meminta konsep NU yang berperan sebagai ormas perekat Negara dan bangsa.

Dari sana kita dapat tarik kesimpulan, bahwa NU telah berperan aktif dari awal berdirinya hingga saat sekarang (19/12/2019). Bahkan para ulama tidak segan-segan mengatakan, bahwa NU adalah salah satu tiang Negara. Masih banyak lagi manfaat yang tak dapat alfaqir tuliskan dalam tulisan ini. Untuk lebih detailnya lagi dalam menggali tentang ke-NU-an, silahkan saja miliki ADART NU yang dapat didownload dan dibaca kapan saja dan dimana saja. Dalam ADART itu terdapat banyak juga penjelasan tentang harakah, amaliah dan fikrah NU dari nash alqur`an dan hadist beserta terjemahan dan penjelasannya.

Mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan. Memang terlalu panjang. Tapi baca saja pelan-pelan, supaya dapat memberi kesimpulan dan saran. Maklumlah, yang menulis hanya insan khoto` wa nisyan. Tanpa saran, mustahil ada perbaikan dan pemahaman tambahan. Lagi pula, wawancara telah usai dan ditutup dengan salam.

Mudah-mudahan tulisan ini, dapat membantu menyambung penjelasan dan pemahaman yang terputus dalam video hasil wawancara dengan saudara Faris Borneo. Bahkan mungkin dapat menyamakan pemikiran atas kesalah-pahaman. Demikian dan sekian. Wallahu`allam Bissowab. Wallahul Muwafiq ila aqwamit thoriq, Summasalamu alaikum Wr Wb

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama