MAKNA KEMANDIRIAN ORGANISASI
(DR. KH. Muhyiddin Khotib, M.HI.)
Ketua PCNU Situbondo Jawa Timur
Kemandirian dalam mengelola organisasi memiliki arti Pengelolaan dan pelaksanaan program-program organisasi secara mandiri/independen dan tidak tergantung kepada siapapun kecuali menggantungkan diri kepada Allah SWT.
Disadari bahwa ormas seperti NU banyak memiliki inisiatif dan cita2 serta program sejalan dengan jati dirinya sebagai ormas yang memikiki dua tugas pikok DINIYYAH (membimbing umat untuk kebaikan hubungan antara dirinya dengan Allah Subhanahu Wataala, baik dalam aqidah, syari'ah maupun akhlaq-tashawwufnya). Jalur dan relnya sudah terang menderang yaitu ajaran Islam Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Tugas ini melekat di jajaran syuriyah. Kemudian sisi IJTIMA'IYYAH (kemaslahatan sosial dan hubungan antar sesama manusia) yg secara garis besar melekat pada Tanfidziyah. Penjabaran dan juknisnya sudah dijelantrahkan dalam AD/ART dan Peraturan organisasi lainya yg bersifat mengikat.
NU sangat berbeda dengan pemerintahan yang setiap kegiatan dan pelaksanaan programnya sudah jelas biaya dan anggrannya baik langsung maupun tidak langsung. Dana pemerintah kebanyakan bersumberkan dari pajak, retribusi dan sumber-sumber lain yg berasal dari rakyat. Pemerintahan baru dikatakan mandiri apabila kekuatan ekonominya tidak tergantung pada kekuatan asing dan aseng.
NU baru dikatakan mandiri apabila sumber pendapatannya berasal dari kekuatan sendiri tanpa tergantung pada pihak lain, termasuk kepada pemerintah.
Apabila ini yg terjadi maka kemandirian NU pada sisi yg lain akan terwujud, sementara apabila tergantung pada pihak lain, maka akan berakibat pada ketidak-mandirin pada beberap aspek yang lain, hal ini sesuai dengan jargon
الانسان عبد الاحسان
Kata الاحسان sering diberi arti kebaikan seseorang kepada sesama manusia, seperti pemberian jasa, pemaafan, dan lain-lain.
Oleh karena itu jika NU ingin menerapkan kemandiriannya di semua aspek maka ia harus mandiri secara ekonomi yg bersumberkan dari potensi sendiri.
Potensi sendiri ini secara garis besar dapat dibagi menjadi dua :
1. Sumber pendapatan NU berasal dari kekuatan dan kepedulian anggota atau warga NU sendiri. Inilah tugas yg secara umum melekat di LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN SEDEKAH. Kedepan Lazisnu diproyeksikan mampu mengelola sumber keuangan secara maksimal dengan rincian yg jelas mana dana zakat yang harus diberikan kepada kaum dlu'afa, mana yang sumbernya Infaq yang bisa digunakan untuk biaya pengelolaan dan pengembangan organisasi dan mana dana sedekah yg harus disalurkan pada lembaga2 keagamaan seperti masjid, madrasah, beasiswa santri dan lain-lainya. Menejemen LAZIS harus transparan dan mengikuti sistem digitalisasi seperti yang berkembang saat ini. Para petugas Lazis harus difikirkan ekonominya dengan perosentase yang jelas dari sumber pendapatan ZIS itu sendiri (حق العاملين عليها).
2. Kekuatan Ekonomi dari hasil usaha sendiri. Hal ini melekat di Lembaga Prekonomian, Pertanian, Badan Kemaritiman, dan lain-lain. Berangkat dari inilah NU harus memiki sumber prekonomian kuat yang bersumberkan dari hasil usha institusi perekonomian yg ada. Oleh karena itu PCNU Situbondo dalam kepengurusan 2021-2026 dan dalam waktu yg singkat mendirikan Lembaga Prekobomian dan Usha berupa Koperasi 234, yg berbentuk aneka usaha dan simpan pinjam yang tentu harus berjalan di rel hukum syari'ah.
3. Sumber pendpatan lain yang halal dan tidak mengikat. Sumber ini bisa saja melekat di semua sektor lembaga dan banom. Seperti kerjasama dengan pihak ketiga dalam melaksanakan program yg diikat dalam sebuah perjanjian kerjasama dana lain sebagainya.
Apabila ketiga sumber itu bisa dilaksanakan dengan baik, maka NU secara institusi akan bisa hidup mandiri, termasuk tidak tergantung pada dana hibah pemerintah.
IBDAK BINAFSIK.
Dalam hal pengelolaan LAZIS dan ditopang dengan ideologi ke NU-an, dan keyakinan keagamaan, maka sebelum melibatkan warga NU dan pihak ketiga, Penguruslah yg harus lebih awal memulai. Insya Allah yg lain akan bisa ikut.
وقل اعملوا فسيري الله عملكم ورسوله والمؤمنون.
Atas dasar inilah kenapa setiap ada even yang butuh dukungan semua pihak kami tidak bosan-bosan mendahulukan pengurus dan para kiai, atau mungkin ini arti dari dawuh almarhum al maghfurlah Kiai As'ad Syamsul Arifin (salah satu inisiator berdirinya Nahdlatul Ulama'/Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah SyaFi'iyah Sukorejo Situbondo)
"NU KABINI JHEK KALAKE".
Jika kita meyakini bahwa "ngaladini NU" termasuk Jihad, mujahadah dan ijtihad menuju Allah SWT kenapa kita harus berfikir dua kali untuk melaksnakan firman Allah SWT.
وجاهدوا بأموالكم وانفسكم في سبيل الله..
Dari kita NU akan hidup dan berjaya dan dari NU Indonesia akan damai sejahtera.
جعلنا الله ممن يستمعون القول فيتبعون احسنه.
Posting Komentar